Said Arif : Jabatan Jangan Diminta, Allah akan Beri Jika itu Milikmu
SIAK, Petah.id - H Said Arif Fadillah bukan orang yang tergila gila akan jabatan. Namun, jika jabatan itu ada di tangan, dia akan amanah. Sebab dia disiplin dan baginya jabatan adalah amanah, tak akan lama, hanya sebentar. Dan harus dipertanggung jawabkan.
Bicara Arif Fadillah tidak lengkap jika tidak mengetahui jejaknya. Dengan mengetahui jejaknya, akan dekat lah dengannya.
Setiap orang memiliki seni dalam bergaul dan terkadang itu menjadi talenta dalam mengarungi hidup ini.
Usia 10 tahun Arif Fadillah sudah yatim. Ayahnya bendahara di Kantor Camat Siak. Sempat dinas di Sungai Apit sebagai kepala kantor, sedangkan camatnya saat itu Rusli Yazid.
Dinas di Sungai Apit tidak lama, sekitar 2 tahun. Ayah sakit lalu dibawa berobat dan meninggal di Pekanbaru dan dimakamkan di Gobah.
“Saat itu gaji guru tidak besar. Dibilang ibu, hanya cukup untuk makan 10 hari. Pulang sekolah saya membantu ibu dengan mencari ikan dan udang di Sungai Siak menggunakan perahu. Hasilnya saya jual dan berikan kepada ibu,” cerita Said Arif Fadhilah santai di Rumah Kediamannya.
Tak jarang Arif kecil yang tinggal di Benteng Hulu, Kampung Tengah, Kecamatan Siak, memberi tumpangan orang yang akan menyeberangi Sungai Siak, sebab ketika itu belum ada jembatan seperti sekarang.
Arif juga mencari kayu untuk ibunya. Sebab di zamannya orang memasak masih menggunakan kayu. Dia tetap menyediakan kayu untuk ibunya, untuk memudahkan ibunya dalam memasak.
Ibu mengajarkan kedisiplinan, terutama tentang memanfaatkan waktu. Itulah sebabnya dirinya sudah khatam Alquran saat duduk di kelas 4 sekolah dasar.
“Ibu yang mengajarkan kami banyak hal, tentang memaknai hidup, menghargai orang lain dan terus mengejar cita cita. Dia juga guru saya mengaji dan belajar tentang iman dan Islam,” ucap Arif mengenang ibunya yang kini berusia 93 tahun dan tinggal di Sialang Sakti Kulim Pekanbaru bersama kakaknya.
Ibunda Arif merupakan guru tiga zaman, menurut ibunya, Belanda mengajarkan kedisiplinan luar biasa. Zaman Jepang mengajarkan keberanian, sedangkan
zaman kemerdekaan tentang toleransi.
Arif memiliki dua saudara kandung, kakak yang kini tinggal bersama ibunya. Sedangkan adik lelakinya Said Ibrahim saat ini tinggal di Perawang, Kecamatan Tualang.
Bicara karir di pemerintahan, Arif merintis sejumlah kecamatan, mulai dari Tualang, Minas sampai Kandis. Baginya pengabdian yang tulus, kerja keras dan peduli lingkungan, baik tempat kerja maupun warga sekitar, menjadi bagian tak terpisahkan dari perjuangannya merintis di tiga wilayah itu.
Dikisahkannya, ada dua pilihan saat tamat SMPN 1 Siak pada 1977, sekolah SPG di Bengkalis atau SMAN 1 Pekanbaru.
“Saya memilih tes SMAN 1 dan diterima. Tamat sekolah pada 1980, saat itu ibu saya ikut pindah ke Pekanbaru. Ibu mengajar di Kulim, saat itu masih Kecamatan Bukitraya, jalan belum aspal dan tidak ada listrik,” sebutnya.
Sempat kuliah di Fisipol Unri, lalu masuk pegawai dan dinas di Kantor Lurah Pesisir tepatnya di Simpang Empat Tanjung Rhu. Dinas di sana selama 8 bulan sebagai pegawai harian dengan gaji saat itu Rp22 ribu. Selanjutnya pindah dinas ke Umbansari, Rumbai.
Pada 1985, Arif mengikuti tes APDN lewat jalur pegawai dan lulus. Saya tamat APDN pada 1988 dan ditugaskan di Kantor Camat Siak sampai 1993, mulai dari Kasi Trantib dan di sana dia bertemu dengan Syamsuar yang saat ini menjadi Gubernur Riau.
Pada 1993, ditugaskan merintis sebagai penghubung
kecamatan di Perawang, Kabupaten Bengkalis. Pada 1998-2000 diangkat sebagai Camat Pembantu Perawang, Kabupaten Bengkalis.
Selanjutnya, tahun 2000, sebagai Camat Minas sekarang Kecamatan Sungai Mandau.
Pemekaran Sungai Mandau saat ini menjadi Camat Minas.
Selanjutnya,tahun 2000, Kandis mekar, Arif sebagai Camat dan Amrul sebagai Sekcamnya sampai 2002. Selanjutnya 2002 sampai 2003 sebagai Camat Minas.
Karir berlanjut sebagai Kabag Tapem dari 2003 sampai 2007. Karir tentu tidak selalu mulus, bahkan pada 2007 Arif sempat tidak mendapatkan jabatan alias nonjob.
Bahkan yang lebih miris, pada
2008 sampai 2010 dari Kabag turun jadi Kabid Hubungan Industrial dan menjadi Kabid Pemulihan di DLH.
Selanjutnya 2011 dilantik sebagai Kadis Perhubungan sampai 2014. Pada 2014 sebagai Kepala BPKAD sampai 2017.
Setelah itu, tahun 2017 hingga 2020 ia kembali menjabat sebagai Kadis Perhubungan di Kabupaten Siak.
“Sebenarnya saya pada Mei 2021 akan pensiun. Jika ikut sesuai jadwal pensiun saya dari dinas selama 39 tahun 8 bulan,” jelasnya.
“Sekejap hidup ini. Ibu saya bilang, tak usah minta minta jabatan. Jabatan hanya titipan. Kalau memang takdir tetap akan mendapatkan jabatan itu,” ucap Arif mengenang kalimat ibunya.